Logo Reklamasi Pantura

Reklamasi Solusi Smart dan Modern untuk Jakarta Masa Depan

Reklamasi Solusi Smart dan Modern untuk Jakarta Masa Depan

Kata Pakar – Firdaus Ali yang merupakan pakar bioteknologi lingkungan dari Universitas Indonesia mengatakan, proyek reklamasi pantai utara Jakarta itu tidak akan menyebabkan Jakarta tergenang. Justru, hadirnya reklamasi bisa memecah gelombang pasang agar tidak mengabrasi pinggir pantai. Sehingga, tidak ada lagi air laut yang naik menggenangi pemukiman warga.

“Reklamasi itu berfungsi untuk menambah ruang. Jadi, tidak ada hubungannya dengan banjir rob. Orang yang berfikir seperti itu dari mana landasannya?” kata Firdaus di Universitas Indonesia, Depok (10/6/2016).

Dia menganggap reklamasi layaknya jarum pentul yang dimasukan ke dalam kolam renang. Saat lempar ke dalam kolam, jarum pentul tersebut tidak akan berpengaruh apa-apa.

“Apa volume air di kolam itu akan meningkat dan tumpah? Jadi, reklamasi itu sebenarnya sangat kecil dibanding luas lautan ini. Tidak akan menyebabkan banjir. Justru reklamasi solusi smart dan modern untuk mengurangi banjir rob,” terang Firdaus Ali.

Dewan Pengarah Kemitraan Air Indonesia ini menuturkan, banjir rob merupakan fenomena yang dipicu dari siklus astronomi. Gelombang pasang surut dipengaruhi kemunculan purnama, di mana  posisi bumi, matahari dan bulan berada dalam satu garis.

Saat purnama, gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat daripada bumi sehingga air laut naik dari permukaan bumi dan terjadi pasang. Namun, siklus ini menjadi masalah karena bersamaan dengan terjadinnya anomali positif yang berada di samudera. Lalu, dinamika cuaca yang kian ekstrim dan penurunan permukaan tanah menyebabkan air tumpah ke daratan.

Pengambilan air tanah untuk sektor jasa dan industri menjadi salah satu pemicu cepatnya laju penurunan permukaan tanah. Menurut Firdaus, setiap tahun muka tanah di Jakarta mengalami penurunan 11 hingga 12 centimeter.

Normalnya, penurunan muka tanah hanya lima hingga delapan milimeter. Firdaus menjelaskan, penurunan permukaan tanah disebabkan empat hal, yakni getaran bumi, kontur tanah yang lembut, pembangunan yang melebihi beban, dan pemompaan air tanah.

“Getaran bumi membuat tanah menjadi padat dan mengakibatkan muka tanah turun. Tapi penyebab yang paling parah adalah laju pembangunan yang tak terkendali dan pemompaan air secara berlebihan,” jelas dia.

Selain itu, kata Firdaus Ali, pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi turut ikut menyumbang turunnya muka tanah di Jakarta. Penggunaan air tanah yang dilakukan warga pun telah membuat tanah di Jakarta ambles.

“Mengambil air tanah sebenarnya boleh, tapi seharusnya diisi kembali dengan cara injeksi. Ini tidak dilakukan yang menyebabkan pori-pori dalam tanah kosong dan ambles,” pungkasnya.

 

Sumber: metrotvnews.com

Prev
Next

Leave a facebook comment