Logo Reklamasi Pantura

Proyek Reklamasi Pantai, Masyarakat Meminta Kepastian Pemerintah

WARTA KOTA, PENJARINGAN – Kelanjutan reklamasi pantai, kini menjadi buah bibir dan pertanyaan bagi sejumlah tokoh masyarakat dan kelompok nelayan ikan tradisional yang ada di Kawasan Muara AngkePenjaringan, Jakarta Utara.

Kali ini, para tokoh masyarakat hingga nelayan ikan mendesak pihak pemerintah untuk memberikan kepastian terkait proyek maha besar tersebut.

“Ini merupakan tanggapan warga Muara Angke setelah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN) telah memenangkan banding. Memang banding dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, terkait gugatan berupa penerbitan izin pelaksanaan proyek Reklamasi Pulau G,” kata salah seorang tokoh masyarakat di Muara Angke, H Syarifuddin Baso kepada wartawan di Muara Angke, Rabu (26/10/2016).

Ia menjelaskan, sejumlah tokoh masyarakat dan sekelompok nelayan ikan tradisional mendesak pemerintah untuk segera memberikan kepastian terhadap kelanjutan proyek reklamasi pantai.

Ia juga menambahkan, keinginan warga di Muara Angke yang rata-rata berprofesi nelayan, ingin adanya kesejahteraan, dan tak ingin jika proyek maha besar tersebut digunakan oleh orang yang memiliki kepentingan tersendiri.

“Yang saat ini dibutuhkan para warga di Muara Angke adalah kepastian dari pemerintah. Sebab mata pencaharian dan hidup kami pastinya tetap terjamin. Kami juga tak menginginkan masalah proyek reklamasi pantai ini digunakan sekedar kepentingan pribadi seseorang, atau kelompok dari luar wilayah Muara Angke,” ungkapnya.

Sejak awal, jelas Syarifuddin, masyarakat yang tinggal di Muara Angke sebenarnya tidak ingin terlibat untuk menghambat pembangunan pulau reklamasi pantai itu.

Namun, banyak ditemukan berbagai kelompok kepentingan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ke wilayah seperti ini.

“Sehingga, dibuat masyarakat agar dipaksakan untuk melakukan penolakan terhadap program pemerintah ini. Akibatnya berbagai hasutan dan pengaruh orang-orang luar masyarakat Muara Angke kini menjadi terpecah belah. Kami justru meminta agar para orang berkepentingan tidak jelas ini untuk tidak lagi ikut campur. Biar kami saja yang perjuangkan nasib kami sendiri. Kami tidak mau disetir sama orang lain,” terang pria yang diketahui menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Jakarta Utara, dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) itu.

Khafifudin yang diketahui salah satu dari lima penggugat Pemprov DKI Jakarta terkait proyek Reklamasi Pulau G, mengatakan, warga Muara Angke kian sadar akan jika sudah diperalat oleh sekelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu.

Maka dari itu, Khafifudin menjelaskan kembali, warga Muara Angke kini berupaya mengikatkan diri kembali, bertujuan agar kehidupan masyarakat di Muara Angke itu kembali tenang tanpa saling mencurigai, serta menghasut satu sama lain.

“Warga Muara Angke kini merasa bahwa isu reklamasi justru tidak menguntungkan nelayan. Makanya, para penggugat merasa perlu untuk menarik gugatan tersebut dan tidak terlibat lagi terkait isu-isu reklamasi. Apa yang saat muncul setelah gugatan itu, dilakukan dan menang di PTUN tidak memihak nelayan juga. Malahan, nelayan dan warga Muara Angke justru tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Maka dari itu kami bersama masyarakat lain meminta agar masalah ini dihentikan segera,” tegasnya.

Para nelayan di Muara Angke, lanjut ketua RW 11 Muara Angke tersebut, sama dengan seperti masyarakat lain yang ingin hidup sejahtera dan mata pencahariannya terjamin.

“Jika memang pembangunan Pulau G tersebut bisa berikan keuntungan, serta jaminan hidup yang lebih baik, para nelayan akan mendukung. Jadi, tidak perlu lagi ada lanjutkan gugatan ke kasasi. Kami juga ingin hidup sejahtera. Tolong untuk para LSM memberikan pengaruh nyata bagi warga Muara Angke,” katanya.

Hingga saat ini, tambah Khafifudin, jumlah warga yang tinggal di wilayah Muara Angke mencapai sekitar 12.000 jiwa.

Ia mengatakan, mayoritas mata pencahariannya adalah nelayan dan hasil perikanan.

“Namun, banyak anak nelayan yang bekerja di sektor-sektor informal seperti warung makan yang banyak bermunculan sejak hadirnya Mall dan Kawasan hunian baru di Pluit. Ada anak yang menjadi karyawan di salah satu pertokoan dan Mall sekitar Pluit ini. Kami berharap akan ada lebih banyak peluang kerja baru bagi warga di Muara Angke ini. Kami ingin anak-anak di Muara Angke bisa kauh hidup lebih baik,” ujar Khafifudin kembali.

Sumber: tribunnews.com

 

Prev
Next

Leave a facebook comment