Logo Reklamasi Pantura

PENGEMBANG REKLAMASI DI MALAYSIA INCAR KONSUMEN INDONESIA

PENGEMBANG REKLAMASI DI MALAYSIA INCAR KONSUMEN INDONESIA

Country Garden Pacificview Sdn Bhd, perusahan pengembang reklamasi di Johor,  Malaysia, saat ini tengah gencar menawarkan property Forest City kepada konsumen di Indonesia.

Menurut Lee Zhi Wei, Sales Manager Forest City Indonesia, pasar di Indonesia cukup potensial. “Sudah ada beberapa konsumen Indonesia yang membeli unit-unit apartemen Forest City. Umumnya, untuk tujuan investasi,” tutur Lee.

Untuk menggarap pasar di Indonesia, Country Garden Pacific View, sejak 17 Desember 2016 lalu sudah membuka kantor pemasaran di Jakarta. “Hingga saat ini, pembeli dari Indonesia terus meningkat,” tambah Lee.

Menurut Lee, harga apartemen di Forest City relatif kompetitif bila dibandingkan dengan harga apartemen di Central Business District (CBD) Jakarta.  “Di pusat bisnis Jakarta harganya sekitar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per meter persegi,” ujar Lee.

Di Forest City, menurut Lee, apartemen tipe terkecil dengan ukuran 59 meter persegi, saat ini hargaya sekitar Rp 2,1 miliar. Sementara, untuk yang berukuran 72 meter persegi sekitar Rp 3,5 miliar dan yang terluas  172 meter persegi sekitar Rp 7,7 miliar,” jelas Lee.

Forest City merupakan proyek reklamasi 4 pulau seluas 20 kilometer persegi di Iskandar, Johor, Malaysia. Kabarnya, ini adalah proyek reklamasi terbesar di Malaysia, dan bahkan Asia. Di dalam Forest City terdapat beragam hunian menengah atas, properti komersial pusat belanja, resor, hotel, perkantoran, taman, destinasi rekreasi, dan lain-lain.

Untuk merealisasikan Forest City, pengembang menganggarkan dana hingga 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.331 triliun. Seluruh pengembangan Forest City diproyeksikan akan rampung pada 2035 mendatang.

Reklamasi Pantura yang tak jelas buka peluang pengembang Malaysia

Sementara itu, menanggapi hal ini, pengamat perkotaan Rudy Tambunan menilai wajar jika akhirnya banyak konsumen dari Indonesia yang tertarik dengan proyek reklamasi yang ditawarkan oleh pengembang dari negeri tetangga, Malaysia. “Bukan hanya karena dayatarik produk yang ditawarkan, tapi juga karena di sini kelanjutan proyek reklamasi kurang jelas dalam satu tahun belakangan ini,” kata Rudy.

Secara konsep, menurut Rudy, produk property  di pulau hasil reklamasi pantura Jakarta tidak kalah dengan yang ditawarkan pengembang negeri jiran. “Sayangnya, di sini proses realisasi reklamasi tidak lancar seperti di sana. Terlalu banyak pihak yang mempermasalahkan sehingga semakin hari semakin tidak jelas masa depannya,” jelas Rudy.

Jika pada akhirnya realisasi reklamasi di Teluk Jakarta dibatalkan, dampaknya akan semakin negatif bagi Indonesia. “Terlunta-lunta saja sudah memberi dampak negatif, apalagi jika dibatalkan,” kata Rudy.

Rudy mengatakan, jika benar semakin banyak konsumen Indonesia yang membeli property proyek reklamasi di Malaysia, itu saja artinya sudah menerbangkan devisa dari Indonesia ke luar negeri. “Belum lagi kalau kita hitung kesempatan yang hilang untuk membangun perekonomian dalam negeri termasuk di dalamnya adalah penyerapan tenaga kerja,” tambah Rudy.

Menurut Rudy, pendekatan reklamasi semakin banyak dimanfaatkan dalam pembangunan suatu negara. Bahkan karena persaingan, tambah Rudy, Reklamasi di Johor Malaysia dipermasalahkan oleh Singapura. “Reklamasi punya muliti manfaat. Selain memperluas wilayah dan mempercantik kota, secara ekonomi reklamasi akan menampung tenaga kerja yang cukup besar,” jelas Rudy.

Prev
Next

Leave a facebook comment