Jakarta – Keputusan Anies Baswedan untuk menghentikan proyek reklamasi di Teluk Jakarta tujuh tahun silam, meskipun menghadapi tekanan besar, kini kembali mencuat.
Keberanian Anies menolak godaan keuntungan segelintir pihak dan tetap berpihak pada kepentingan rakyat banyak menegaskan komitmennya terhadap kepemimpinan yang visioner.
Ketegasan Anies dalam menghentikan reklamasi dianggap sebagai cerminan kepemimpinan yang berpihak pada keberlanjutan dan kepentingan publik, menghindari dampak negatif jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pendekatan ini tidak hanya menonjolkan aspek moralitas, tetapi juga membuktikan bahwa kebijakan yang mengutamakan kesejahteraan rakyat adalah prioritas dalam memimpin sebuah kota besar seperti Jakarta.
Namun, proyek reklamasi yang terus berlanjut, seperti PIK-2 di Tangerang, menunjukkan bagaimana pendekatan yang berbeda dapat berdampak besar.
Jika proyek-proyek reklamasi ini diteruskan, Jakarta dan sekitarnya akan menghadapi dampak serius terkait lingkungan, pengurangan ruang publik, serta risiko bencana alam akibat perubahan iklim.
Di sisi lain, beberapa pihak berargumen bahwa reklamasi juga membawa potensi ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, proyek PIK-2 sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) memberikan gambaran akan kemajuan yang bisa dicapai dalam jangka panjang, meski dengan berbagai kontroversi yang mengikuti.
Keuntungan ekonomi jangka pendek, seperti penciptaan lapangan kerja dan peningkatan sektor properti, jelas terlihat.
Tantangan yang dihadapi oleh pemimpin Jakarta dan Indonesia saat ini adalah bagaimana menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Kepemimpinan yang visioner tidak hanya harus berpikir tentang keuntungan sesaat, tetapi juga memperhatikan dampak jangka panjang yang akan dirasakan oleh generasi mendatang.
