Logo Reklamasi Pantura

Reklamasi dan Pertumbuhan Ekonomi Hong Kong

Reklamasi dan Pertumbuhan Ekonomi Hong Kong

JAKARTA – Dalam menghadapi masalah keterbatasan lahan, kota-kota besar di dunia dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mengembangkan kota di dalam perut bumi atau mengembangkan kota dengan jalan reklamasi. Dengan mempertimbangkan kendala dan tantangan, reklamasi sering dijadikan jawaban untuk mengatasi kebutuhan lahan bagi pengembangan sebuah kota. Fenomena semacam ini banyak dialami oleh negara-negara maju, sehingga daerah pantai menjadi perhatian sekaligus tumpuan harapan baru dalam menyelesaikan masalah penyediaan hunian penduduk perkotaan.

Diperlukan proses yang tidak sebentar untuk memutuskan apakah reklamasi sebuah kawasan akan dilakukan. Melihat dari tujuan sekaligus keuntungan yang didapat dari reklamasi itu sendiri, akhirnya menggiring banyak kota di berbagai belahan dunia untuk melakukan reklamasi. Lagipula, siapa yang tidak ingin melihat sebuah kawasan daratan baru yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, jalur transportasi alternatif, kawasan wisata, dan masih banyak lagi. bagaimana dengan Hong Kong?

Perjalanan Awal Reklamasi di Hong Kong

Proyek tanah relamasi di Hong Kong bukanlah sebuah wacana baru. Bahkan, di zaman sebelum masehi, reklamasi telah dilakukan di awal Dinasti Han Barat (206 SM – 9 M) ketika pantai berubah menjadi ladang utnuk produksi garam. Reklamasi tanah dari laut juga telah lama digunakan di pegunungan Hong Kong untuk memperbaiki terbatasnya pasokan lahan. Sejarah pun mencatat bahwa ternyata pada zaman kolonial dulu, sebuah reklamasi sudah pernah dilakukan. Proyek itu dilakukan di bawah pimpinan Sir Paul Catchick Chater dan James Johnstone Keswick. Orang mengenalnya dengan “The Praya Reclamation Scheme”.

Kata “Praya” sebenarnya merupakan sebuah istilah yang digunakan pada zaman kolonial Hong Kong yang mengacu kepada sebuah tempat berjalan atau area tepi laut. Di Tahun  1855, saat proyek reklamasi ini diusulkan, beberapa pedagang yang mempunyai dermaga pribadi di tepi pantai sempat merasa keberatan. Namun nyatanya, proyek yang dimulai tahun 1868 ini tetap berjalan dan selesai di tahun 1873. Hasilnya, sebuah lahan signifikan bertambah untuk daerah Praya West yang sekarang dikenal dengan Des Voeux Road dan Praya Central atau yang sekarang disebut dengan Des Voeux Road Central.

Selanjutnya, pembangunan fase kedua yang dilakukan pada tahun 1890, Praya Reclamation Scheme menambah sekitar 50-60 hektar tanah. Praya Reclamation Scheme ini merupakan proyek yang paling ambisius yang pernah dilakukan selama era kolonial Hong Kong. Nama Des Voeux Road dan Des Voeux Road Central yang terletak di pantai sebelah utara Pulau Hong Kong itu diresmikan setelah pemerintahan gubernur Hong Kong yang ke-10, Sir George William Des Voeux. Saat ini, transportasi publik di area Des Voeux Road dibagi antara lalu lintas motor dan jalur trem sendiri terletak di tengah jalan. Jalur trem akan mengambil jalan sepanjang Connaught Road West dan berlanjut di sepanjang Des Voeux Road West menuju Kennedy Town.

Central dan Wan Chai Reclamation

Di era selanjutnya, beberapa proyek reklamasi yang dikerjakan di Hong Kong semakin berkembang, Central dan Wan Chai Reclamation adalah berikutnya. proyek ini digagas oleh pemerintah Hong Kong untuk kembali menata ulang dan memperbarui lahan yang ada, namun dengan beberapa tujuan yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini salah satunya dalam rangka utnuk penyediaan lahan bagi Central-Wan Chai Bypass dan Station Hong Kong. Dengan rencana yang matang, keseluruhan proses proyek reklamasi Central dan Wan Chai Reclamation ini dibagi menjadi lima tahap. Central Reclamation tiga tahap, sedangkan Wan Chai Reclamation menjadi dua tahap.

Di tahap pertama, Central Reclamation mengubah setidaknya 20 hektar lahan ditambah dengan pembangunan kembali enam hektar lahan yang ada di antara Rumsey Street dan Pedder Street untuk membangun Hong Kong Station Express Railway. Hal ini juga menyediakan lahan untuk dermaga baru sebagai penggantian fasilitas yang sempat terkena dampak reklamasi sebelumnya. Di tahap kedua, terdapat 5,3 hektar tanah di bekas pangkalan angkatan laut Tamar yang direklamasi untuk membangun beberapa lokasi komersial termasuk juga perumahan baru bagi dewan legislatif.

Pada tahap ketiga, reklamasi meliputi sisi bagian barat dari North Island Line. Semestinya, di tahap ketiga, Central Reclamtion akan mengubah lahan seluas 32 hektar namun dikurangi menjadi 18 hektar. Hal ini disebabkan karena desakan dari masyarakat yang tidak setuju diadakannya reklamasi. Central Reclamation tahap ketiga masih terus berlangsung hingga saat ini. Central-Wan Chai Bypass dijadwalkan akan selesai di tahun 2017.

Berbeda dengan agenda Central Reclamation, Wan Chai Reclamation terfokus untuk membangun sebuah pulauseluas 70.000 m2 di sisi utara Hong Kong Convention dan Exhibition Centre. Di atas tanah hasil reklamasi inilah, Anda dapat melihat kemegahan Hong Kong Convention dan Exhibition Centre yang sering digunakan sebagai ruang pameran sambil sekaligus menikmati pemandangan keluar masuknya kapal di Pelabuhan Victoria.

Meski ada beberapa warga Hong Kong yang tidak menyambut hangat perkembangan proyek reklamasi, pemerintah tetap menjalankan reklamasi dengan menyatakan bahwa reklamasi tidak akan menyebabkan kerusakan biota laut. Reklamasi selalu menyebabkan pro dan kontra di tengah masyarakat karena dianggap akan menyebabkan timpangnya struktur ekonomi dan sosial yang ada. Namun, biasanya masyarakat yang melakukan protes atas reklamasi adalah masyarakat yang juga ikut menikmati keuntungan dari reklamasi.

Bandar Udara Hasil Reklamasi

Hong Kong memang banyak melakukan reklamasi, sampai-sampai pembangunan bandaranya pun merupakan hasil dari reklamasi. Ide merelokasi bandara bermula karena Bandara Kai Tak sudah tidak mampu lagi menampung jumlah penumpang dan kargo yang masuk setiap harinya. Selain itu, lokasi Bandara Kai Tak terletak di pusat kota di mana di sekitarnya berdiri gedung-gedung pencakar langit. Hal ini tentu saja membahayakan lalu lintas penerbangan. Pemerintah Hong Kong memutuskan untuk membuat bandara baru. Namun dikarenakan luas Hong Kong yang tidak terlalu besar dan lahan yang sangat terbatas, maka tidak mungkin jika pembangunan bandara dilakukan di tengah kota.

Pembangunan mega proyek ini dilakukan. Disebut mega proyek karena dalam pembangunan bandara ini dibuat juga akses baru dari pusat kota Hong Kong menuju bandara yang membutuhkan jalan tol, jembatan, terowongan bawah laut, dan penggabungan dua pulau. Dua pulau dijadikan satu dilakukan demi mendapat sebuah daratan baru dengan memiliki luas yang lebih besar dari sebelumnya. Hal ini dilakukan guna mendapat lahan pembangunan bandara. Pegunungan yang dapat mengganggu lalu lintas udara diruntuhkan dan tanah hasil runtuhan gunung tersebut digunakan untuk menimbun lautan dan memperluas pulau sekaligus menggabungkannya.

Di sisi lain, para ahli bekerja membuat proyek terowongan bawah laut. Terowongan ini terbuat dari beton yang khusus dan tahan air. Terowongan ini menghubungkan kota Hong Kong dengan Pelabuhan Victoria. Jembatan pun dibuat untuk menghubungkan Pelabuhan Victoria dengan Pulau Lantau. Pembangunan jalan tol untuk akses ke bandara juga dibuat. Jalan ini melewati pesisir dengan kontur yang bergelombang sehingga diputuskan untuk melebarkan garis pantai sehingga menjadi dasar untuk membuat jalan baru. Meski di bulan-bulan awal peresmian Hong Kong International Airport mengalami kendala, namun sekarang, bandara yang dibangun di atas pulau buatan hasil reklamasi dari Pulau Chek Lap Kok dan Lam Chau ini sanggup menampung jutaan penumpang dan kargo dengan baik.

Masa Depan Reklamasi di Hong Kong

Tak dapat dipungkiri, kebutuhan untuk melakukan reklamasi lahan di Hong Kong menjadi sebuah tantangan yang masih terus akan mengalami modifikasi di berbagai sisi. Daerah datar dan perkotaan harus dibangun dengan jalan reklamasi lahan untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk Hong Kong dan juga ekspansi di bidang ekonomi dan pariwisata.

Proyek-proyek besar hasil reklamasi telah berhasil menyelesaikan pembangunan, misalnya yang paling menonjol adalah bandara internasional Hong Kong dan tempat wisata Disneyland yang terletak di Penny Bay, Pulau Lantau. Metode reklamasi sepertinya tetap menjadi komitmen pemerintah Hong Kong untuk meningkatkan luas lahan yang cocok untuk pembangunan di masa yang akan datang, seiring dengan menyediakan bangunan serta infrastruktur yang menunjang sebuah tempat tinggal manusia yang layak.

Sumber: https://prajuritmerahputih.wordpress.com

Prev
Next

Leave a facebook comment