Logo Reklamasi Pantura

Penurunan Muka Tanah di Jakarta Semakin Serius

Penurunan Muka Tanah di Jakarta Semakin Serius

Jakarta – Penurunan permukaan tanah di Jakarta jadi persoalan serius. Di wilayah utara Jakarta, air laut sudah menembus batas dan masuk ke wilayah permukiman.

Bahkan, dari hasil pemantauan dengan GPS Geodetic, laju penurunan tanah di Jakarta Utara mencapai 12 cm setiap tahunnya. Jika dibiarkan bukan tidak mungkin Jakarta akan tenggelam.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan Jakarta akan tenggelam, tapi dampak terburuk itu bisa benar terjadi puluhan hingga ratusan tahun mendatang.

“Kapannya si saya nggak tahu. Tapi indikasinya bisa dilihat dari benteng di garis pantai teluk Jakarta sudah masuk air laut,” ujarnya beberapa waktu lalu di Kementerian ESDM, Jakarta.

Rudy menjelaskan, penurunan permukaan tanah atau land subsidence diakibatkan 3 hal. Pertama berkurangnya air di dalam tanah akibat penggunaan yang berlebihan.

“Perubahan di dalam suatu batuan karena di situ pori-pori yang semula berisi air jadi kosong karena disedot,” terangnya.

Kedua, lanjut Rudy, lantaran beban permukaan tanah yang berlebih akibat bangunan tinggi. Dengan begitu beban permukaan tanah semakin berat dan membebani lapisan di bawahnya.

Ketiga, konsolidasi natural, atau terjadinya pemantapan tanah yang bersifat natural. Misalnya ada bagian yang terbentuk dari endapan lengkungan pasir-pasir halus yang kemudian mengeras.

“Nah yang bisa kita kontrol adalah dari pengambilan air tanah, karena berdasarkan riset berpengaruh terhadap land subsidence 20-30%. Kemudian beban bangunan, sehingga penempatan pondasi bangunan itu sangat penting. Untuk yang terkait kondisi natural tidak bisa kita kontrol,” tambahnya.

Penurunan muka tanah di Jakarta Utara semakin mengkhawatirkan

Senada dengan Rudy, Pengamat dari Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas juga mengatakan hal yang sama.

“Sekitar 95 persen dari Jakarta Utara akan tenggelam pada 2050,” kata Heri yang selama 20 tahun belakangan ini mempelajari tanah Jakarta.

Ia mengatakan, sebagian Jakarta memang tanah rawa pada awalnya. Belum lagi menjadi muara 13 sungai. Jadi, sangat wajar jika terjadi banjir di Jakarta sejak dulu kala.

Tapi persoalan banjir tak semengawatirkan persoalan tenggelam, meski tidak seperti banjir yang susah dilihat banyak orang.

Inilah fakta yang ada, Jakarta Utara telah tenggelam sedalam 2,5 m dalam 10 tahun terakhir, dan berlanjut sebanyak 25 cm setiap tahunnya pada beberapa wilayah.

Angka itu dua kali lipat rata-rata dibandingkan dengan kota-kota pesisir lainnya di dunia.

Bagian lain Jakarta juga tenggelam

Di Jakarta Barat, tanahnya tenggelam sebanyak 15 cm setiap tahun, 10 cm setiap tahun di Jakarta Timur, 2 cm di Jakarta Pusat, dan hanya 1cm di Jakarta Selatan.

Salah satu pemicu turunnya permukaan tanah itu adalah penyedotan air tanah yang tak terkendali, terutama oleh bangunan komersial.

Otoritas kota Jakarta pernah memeriksa 80 gedung di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, dan menemukan 56 bangunan memiliki pompa air tanah sendiri dan 33 mengekstraksi air secara tidak sah.

Hal yang wajar mengingat otoritas pengelolaan air hanya dapat memenuhi 40 persen permintaan air di Jakarta.

Sementara menurut Heri, butuh waktu sekitar 10 tahun untuk membersihkan sungai, bendungan, dan danau agar airnya bisa digunakan untuk kebutuhan penduduk.

Prev
Next

Leave a facebook comment