Logo Reklamasi Pantura

Pengembangan Teluk Jakarta Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan

Pengembangan Teluk Jakarta Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan

JAKARTA – Pengembangan kawasan Teluk Jakarta menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru akan turut meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat sekitar. Sejumlah kajian menunjukkan pengembangan Teluk Jakarta akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan memperbaiki kualitas lingkungan.

Pengembangan kawasan baru dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya lewat reklamasi 17 pulau oleh swasta yang disinergikan dengan program tanggul laut raksasa milik pemerintah.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tuty Kusumawati menyatakan kebutuhan Jakarta terhadap reklamasi tidak bisa ditunda.

“Konsep reklamasi sendiri dibangun dari sebuah pemikiran rasional bahwa kondisi degradasi lingkungan di pantura Jakarta, baik di landed atau perairannya sudah sangat berat,” kata Tuty kepada pers di Jakarta, (10/6/2015).

Tuty menjelaskan permasalahan di darat (landed) yang semakin penuh serta menurun. Ada juga pemukiman banyak agak kumuh dan tidak tertata, kemudian laut juga tercemar sehingga biota laut juga sudah ga sehat lagi tinggal di situ.

“Itu sebabnya kita ingin membuat sebuah perencanaan terpadu yang niatnya ingin membangun sebuah kawasan modern yang dia water front city dengan melibatkan peran swasta untuk kemudian terjadi cross subsidi. Jadi dari pihak swasta ini subsidinya landednya diperbaiki,” ungkap Tuty.

Manfaat Ekonomi dari Reklamasi untuk Kesejahteraan Masyarakat

Tuty menegaskan, saat 17 pulau reklamasi selesai dibangun, potensi penyerapan tenaga kerja mencapai 1,2 juta pekerja. Potensi itu diperoleh dari hasil kajian lingkungan hidup strategis reklamasi.

Selain itu, keberadaan 17 pulau tak mengganggu lalu lintas kapal nelayan karena tidak berada dalam wilayah tangkapan ikan (fishing ground). Rencananya, 17 pulau akan berjarak 1-2 mil dari daratan, jauh dari lokasi fishing ground yang berada 7-15 mil dari daratan. Bahkan pemerintah Jakarta akan mengembangkan area penangkapan ikan buatan (artificial fishing ground) menyerupai rumah ikan atau rumpon.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat jumlah nelayan di Jakarta hingga 2015 sebanyak 25.208 orang. Dari jumlah itu, hanya 2.167 nelayan yang memiliki KTP Jakarta dan 23.041 nelayan tercatat sebagai warga non-DKI. Perkembangan jumlah nelayan pada 2005-2015 terus meningkat.

Manfaat Langsung

Pakar teknik lingkungan dan ahli tata air perkotaan Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengaku pernah melakukan survei terhadap nelayan di Kamal Muara dan Muara Angke, Jakarta Utara. Hasilnya, sebagian besar nelayan senior menginginkan keturunannya tidak bekerja sebagai nelayan tradisional.

“Kalaupun jadi nelayan, keturunan kami harus menjadi nelayan yang hebat dan memiliki kapal sendiri,” ujar Firdaus Ali menirukan ucapan nelayan.

Ia menjelaskan, kehadiran ruang-ruang baru di Teluk Jakarta merupakan upaya mewujudkan harapan nelayan yang ingin hidup lebih baik dalam 5-10 tahun. Apalagi pemerintah Jakarta telah memetakan fishing ground. Di tempat tersebut, nelayan bisa menangkap ikan dengan potensi besar dan dekat dengan tempat tinggal mereka.

Hunian nelayan juga akan sangat berbeda dari sekarang, yang air lautnya sudah tercemar. Saat ini, ikan yang ada hanya jenis yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tercemar atau ikan dengan kandungan bahan berbahaya.

Nantinya akan dibangun kawasan terpadu nelayan, yang di dalamnya terdapat tempat pelelangan ikan, rumah susun, dan sekolah. Para nelayan dapat memilih menjadi nelayan dengan alat tangkap modern atau bekerja menyesuaikan lingkungan baru di pulau hasil reklamasi.

Para nelayan bisa menambah penghasilan dengan menjadi pekerja rumah tangga, mengelola toko, atau bekerja di perkantoran.

“Pulau reklamasi tidak mungkin hanya dimiliki orang kaya, tapi pasti memberikan opportunity baru bagi masyarakat sekitar,” ucap Firdaus Ali.

Dengan demikian, dampak positif reklamasi terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan akan langsung terasa begitu hunian selesai dibangun. “Pekerjaan langsung mereka dapatkan dan tidak perlu menunggu lama. Sama seperti saat dibuka akses tol, tanah di sekitarnya akan menjadi mahal dan aktivitas ekonomi berubah,” kata Firdaus Ali.  [tempo.co & aktual.com]

Prev
Next

Leave a facebook comment