Logo Reklamasi Pantura

Ditahun 2050, Jakarta Utara Diprediksi Tenggelam

Ditahun 2050, Jakarta Utara Diprediksi Tenggelam

Foto: Ilustrasi Kota Tenggelam/Shutterstock.

JAKARTA – Ibu kota Indonesia, Jakarta, merupakan salah satu kota terbesar di dunia, namun juga merupakan kota yang paling cepat mengalami penurunan muka tanah dibanding kota-kota besar lainnya.

Wilayahnya terletak di dataran aluvial (daerah endapan) rendah dan datar, dengan ketinggian rata-rata hanya 8 meter di atas perrmukaan laut. Sebagian besar tanah di wilayah ini masih berupa daerah berawa, karena dilewati oleh 13 sungai.

BBC merilis, kota yang merupakan rumah bagi hampir 30 juta orang itu telah mengalami penurunan tanah sedalam 4 meter.

Jakarta tenggelam dengan rerata 1 sampai 15 sentimeter per tahun. Keadaan ini membuat hampir separuh kota berada di bawah permukaan laut.

Wilayah Jakarta Utara terdampak paling parah. Kawasan ini mengalami penurunan sedalam 2,5 meter dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dan terus tenggelam sedalam 2,5 sentimeter per tahun di beberapa bagian.

Angka penurunan ini lebih banyak dua kali lipat dibanding rerata penurunan muka tanah di kota pesisir besar lain di seluruh dunia. Jika hal ini terus berlanjut, maka pada tahun 2050, 95 persen wilayah Jakarta Utara akan tenggelam di bawah permukaan laut.

Foto: Arief Kamaludin | KATADATA

Foto: Arief Kamaludin | KATADATA

Penyebab Penurunan Tanah

Mengutip artikel Sean Flemming dalam artikel World Economic Forum dari National Aeronautics and Space Administration (NASA), organisasi ini telah melacak permukaan laut melalui satelit sejak tahun 1993.

NASA mendeteksi total kenaikan permukaan air laut sekitar 85 milimeter, atau naik 3,2 milimeter setiap tahunnya. Melansir laman resmi NASA, kenaikan permukaan air laut terutama disebabkan oleh dua faktor.

Pertama adalah penambahan volume air karena melelehnya gletser dan lapisan es kutub. Kedua, penambahan air laut ketika cuaca menghangat. Volume air laut yang menghangat tidak sepadat ketika dingin, sehingga menyumbang terhadap peningkatan level permukaan air.

Keadaan ini diperparah dengan banjir yang selalu melanda, yang dikhawatirkan akan menjadi salah satu faktor pendukung tenggelamnya permukaan tanah Jakarta.

Grafik kenaikan permukaan air laut (climate.nasa.gov)

Grafik kenaikan permukaan air laut (climate.nasa.gov)

Penyebab lain turunnya permukaan tanah di Jakarta karena kurangnya akses ke pasokan air bersih. Air ledeng tidak dapat diandalkan di beberapa wilayah, sehingga masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain mengambil air tanah.

Air tanah dipompa dari lapisan tanah yang mengandung air atau akuifer yang dalam, sementara kekosongan air di dalamnya diisi oleh air hujan.

Masalah ini juga diperparah dengan kelonggaran bagi warga untuk membangun sumur sesuka hati. Masyarakat juga memiliki akses tak terbatas untuk mengambil air dari akuifer, karena tidak ada peraturan yang membatasi.

Efeknya adalah, tanah di bawah kota memadat kemudian mengalami penurunan.

Baca juga: Proyek Tanggul Laut NCICD Diperlukan untuk Lindungi Jakarta

Salah satu sudut pembangunan tanggul laut di Kawasan Muara Baru, Jakarta. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Salah satu sudut pembangunan tanggul laut di Kawasan Muara Baru, Jakarta. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Selain masalah air, penurunan tanah di Jakarta juga disebabkan oleh tekanan yang diberikan. Masifnya pembangunan di permukaan dikarenakan banyaknya permintan proerpti juga semakin memperparah keadaan.

Untuk mengatasi permasalahn ini, di beberapa bagian kota, tembok tinggi dibangun untuk mencegah abrasi dan masuknya air laut ke rumah-rumah penduduk. Cara ini mungkin bisa mengurangi banjir, namun Jakarta membutuhkan solusi lebih yang mempertimbangkan semua faktor penyebab.

Kota ini membutuhkan suntikan bantuan modal untuk memodernisasi infrastruktur, khususnya dalam menyediakan pasokan air bersih yang dapat diandalkan dan berkelanjutan bagi penduduknya.

Baca juga: Proyek Tanggul Laut NCICD Ubah Kawasan Kumuh Jadi Indah

Sumber: Kompas.com

Prev
Next

Leave a facebook comment